PANDEGLANG, reggaeindonesia.co.id - Tidak jarang sesuatu yang besar justru lahir dari hal sederhana, secangkir kopi panas, obrolan ngalor ng...
PANDEGLANG, reggaeindonesia.co.id - Tidak jarang sesuatu yang besar justru lahir dari hal sederhana, secangkir kopi panas, obrolan ngalor ngidul, atau keresahan yang tak pernah menemukan rumah. Dari sanalah sekelompok muda mudi sepakat membuka ruang baru, menyalakan percikan yang kemudian menjelma menjadi Redeem Sound Collective.
Awalnya hanya keresahan klasik, komunitas yang tercerai-berai dan promotor yang lebih sibuk memikirkan kantong sendiri, dan lahirlah gagasan liar untuk nyampurin musik, motor, dan survival camping jadi satu ruang. Sebuah ide random di pojokan warung kopi Bejo di bilangan Cibubur, Jakarta Timur yang kemudian berubah jadi ruang berpikir, berekspresi, dan berkarya bareng.
Redeem Sound ini bukan proyek cari duit, bukan pula acara musiman. Ini pure kolektif. Kita pengen semua orang bisa numpahin keresahannya bareng-bareng, tukar pikiran, nemuin energi baru, sambil ngebakar energi negatif," kata salah satu pegiat Redeem Sound Collective, Ijo sambil menyeruput kopi.
Redeem Sound Collective bukan sekadar gigs organizer, mereka nge-blend beberapa unsur jadi satu paket. Tujuannya simpel biar siapa pun yang punya keresahan serupa bisa nongkrong, tukar pikiran, dapet koneksi baru, sambil ngerasain kebersamaan tanpa sekat.
Event perdana mereka langsung diberi nama yang rada absurd tapi catchy, Ritual Kosmik #1 bareng fansbase bernama Koloni. Lokasinya pun nggak main-main, mereka memilih Pantai Bugel, Pandeglang, Banten.
Malam itu, pantai Bugel berubah jadi semacam laboratorium energi kosmik. Ada api unggun, musik yang menghentak, obrolan absurd, sampai momen refleksi bareng semua lebur tanpa sedikitpun drama. Sebelum jamming dimulai, para peserta dan panitia melebur dalam momen sederhana tapi berkesan seperti makan ikan bakar bersama di atas daun pisang. Asapnya naik ke langit, suara ombak berbaur tawa sama orang-orang yang nggak saling kenal tapi udah berasa kayak keluarga.
Salah satu penggagas acara, Nyoman mengaku senang dengan momen seperti ini. Menurut dia, semua disini bukan hanya mendengarkan musik, tapi merasakan hidup bersama, makan bersama, ngobrol tanpa topeng dan sadar kalau kebersamaan seperti ini membuat kita 'tinggi' tanpa perlu tambahan apapun.
Setelah itu, suasana berubah pelan jadi lebih magis. Api unggun dinyalakan lagi, dan panggung kecil dari kayu dan lampu sorot seadanya mulai hidup. Dari situ, satu per satu pengisi acara membuka dimensi malam di Pantai Bugel.
DAF jadi pembuka, menghantam suasana lewat nada-nada tajam yang nyalain bara semesta. Lalu panggung diambil alih oleh Karang Tribute Collaboration yang ngebawain lagu Selalu Begitu, tembang yang nyentil yang menggambarkan keresahan warga negeri yang sudah kebal sama janji manis dan drama politik.
Setelah itu, Ichi Talenta tampil dengan energi dreadlock-nya yang liar tapi hangat, mengalirkan vibe reggae yang membumi dan bebas. Disusul Marlboro Kretek yang memadukan alunan trojan dengan turntable vinyl klasik — suara piringan hitamnya kayak portal waktu yang ngundang semua kepala buat mengangguk bareng.
Gelombang musik malam itu bukan sekadar hiburan, tapi ritual kecil untuk mengingatkan bahwa keresahan pun bisa dirayakan, asal dibunyikan bersama. Dari tepi pantai diterpa angin laut, dari dentuman bass yang menembus ombak, semuanya terasa hidup dan jujur—tidak ada yang pura-pura semua benar-benar merasakan.
Supaya makin terasa energi kolektifnya, Redeem Sound juga menggandeng komunitas lokal Attack City Dub Sound System, yang malam itu diwakili oleh Le Marley. Ia tampil membawakan single terbarunya, Still High.
Lagu ini bukan sekadar ajakan untuk terbang tinggi, tapi semacam perjalanan batin — tentang seseorang yang sedang melayang dalam buaian euforia, namun tetap sadar bahwa melayang bukan tujuan. Still High berbicara tentang keseimbangan, tentang bagaimana seseorang bisa tetap tenang di tengah pusaran hidup, tetap waras di antara hiruk-pikuk dunia yang sering kehilangan arah.
Dentuman bass dan lapisan delay dari sound system Attack City menciptakan suasana hipnotik antara sadar dan mimpi, antara bumi dan awan. Buat Redeem Sound, jauh bukan berarti tidak satu frekuensi. Justru perbedaan tempat, latar belakang, dan gaya musik bisa jadi bahan bakar untuk bikin sesuatu yang lebih masif.
Tagline kita simple, Jaga diri, jaga koloni. Jadi selain seru-seruan, kita juga pengen ada refleksi diri. Kadang perbedaan itu justru bikin kita lebih kuat kalau bisa ngelebur bareng," ujar Rendy Paunk.
Redeem Sound Collective percaya kalau musik bukan cuma hiburan, tapi medium buat healing massal. Apalagi kalau dikombinasi sama touring motor dan camping. Yang biasanya cuma nongkrong di tongkrongan, kali ini energi negatif dilebur bareng di langit terbuka dihantam ombak samudra.
Disini, boleh berteriak sekencang mungkin, berjoged sampai kaki kram, atau boleh diam saja meresapi. Intinya semuanya diberi ruang yang sama, mau absurd atau serius diperbolehkan yang penting enjoy. Redeem Sound Collective ingin membuktikan kalau acara musik komunitas bisa jadi ruang tumbuh bersama.
Bukan sekadar panggung hiburan, tapi tempat healing kolektif, tempat orang bertemu koneksi baru, bahkan tempat buat merasakan kebersamaan yang sering hilang di kota-kota besar. Dari warung kopi Cibubur ke Pantai Bugel, Redeem Sound Collective sudah jadi langkah utama yang menjadi awal, dan semua percaya bahwa berbeda bukan berarti terpisah. (botex)






