Breaking News

Era Pandemi, Kolaborasi Menjadi Movement Reggae Yang Nyata


JAKARTA, reggaeindonesia.co.id - Pandemi yang terjadi saat ini membuat segala lini terkena imbas, meski begitu tetap ada harapan bagi pegiat reggae di Indonesia untuk dapat tetap aktif berkarya dan movement menjadi identitasnya. Setidaknya itulah yang dilakukan Maria Scholastica Kunrardus Botoor atau yang dikenal dengan Conrad.

"Ini adalah era dimana kita harus berkolaborasi, percuma bila berkarya tapi tidak ada movementnya dan saya sebut kalau berkarya tanpa ada movement itu mati," kata Conrad saat ditemui reggaeindonesia.co.id belum lama ini.

Pemilik Walayo di Sentra Kota, Jatibening, Bekasi ini menyebutkan bila pegiat reggae hanya berada dalam lingkaran reggae saja maka yang terjadi adalah mengulang cerita. Menurutnya, saat ini menjadi moment yang tepat untuk saling membutuhkan satu sama lain dan menguatkan untuk saling bertukar pikiran.

Menurutnya, ide kolaborasi tersebut yang nanti pada akhirnya dapat membuat satu movement entah itu movement untuk reggae sendiri atau bahkan lebih luas lagi yakni movement musik Indonesia secara umum. Saat ini, lanjut Conrad belum menemukan apresiasi besar dari orang di luar Indonesia terhadap reggae Indonesia dan kalah dengan negara lain di Asia Tenggara.

"Mungkin kalau disana pelaku reggaenya kecil tapi solid, sedangkan di Indonesia bisa dibayangkan dari Aceh hingga Papua dan berapa besar itu. Karena banyaknya, jadi tidak kuat serta spirit untuk mengembangkan reggae secara nasional itu tidak muncul dari semua pelakunya," ujar dia.

Di Indonesia, kata dia pasti dapat membuat skala pelaku reggaenya mulai 1 hingga 10 untuk nama besar. Meski begitu, movement yang dilakukan semuanya tidak sama dan ia merasa membesarkan nama sendiri tidak lebih penting dari pada membesarkan nama reggae Indonesia itu sendiri.

Terkait movement yang sudah dilakukan, Conrad menyebutkan program 'Sore Sore Reggae' yang dilakukan secara virtual dimana ia membuat program tersebut karena tidak ada media diluar yang melakukan hal seperti itu, dan Conrad memanfaatkan fasilitas yang ada di sosial media.

Selain itu, beberapa program juga dilakukan untuk mendukung movement dari seorang vokalis dari band Conrad Good Vibration ini, seperti kolaborasi lintas genre dimana dangdut menjadi pilihannya karena jenis musik tersebut untuk saat ini telah masuk ke semua kalangan.

"Saya hanya ingin mengetahui mengapa dangdut hingga saat ini dapat lebih hidup dari pada reggae, ternyata setelah saya coba kolaborasi dangdut itu memang industrinya sudah terbentuk bahkan sebelum YouTube ramai pun industri dangdut sudah ramai, dan dengan maraknya YouTube semakin ramailah industri dangdut di Indonesia," kata dia.

Jadi, menurut dia untuk saat ini tidak perlu memikirkan siapa diri kita saat ini dan tidak terlalu memikirkan idealis kita selama ini. Yang terpenting, kita lakukan hal positif dengan melakukan movement karena dimanapun kita berada yang dilihat adalah apa yang sudah kita lakukan. (rud)