Breaking News

Bob Marley, Nama Yang Tak Terpisahkan Dari Musik Reggae

 


MESKI bukan penemu musik reggae, nama Bob Marley menjadi sangat penting dan bahkan tidak dapat dipisahkan antara Bob Marley dan reggae. Robert Nesta Marley begitu nama lengkapnya yang meninggal 11 Mei 1981 silam karena kanker yang dialaminya. Beberapa hari setelah konser megahnya di Madison Square Garden pada 19-20 September 1980, Bob Marley ambruk saat sedang jogging di Central Park, New York.

Saat dibawa ke rumah sakit, dokter menyatakan bahwa kanker yang berawal dari jari kakinya telah menjalar hingga ke otak, hati, dan paru-parunya. Seluruh jadwal turnya dibatalkan dan Bob Marley dibawa ke sebuah klinik di Jerman untuk mendapat perawatan dari ahli kanker Dr Jossef Issels. Setelah delapan bulan dirawat di Jerman dan tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda membaik, Bob Marley minta agar dia dipulangkan ke Jamaika.

Dalam penerbangan ke Jamaika, kondisi Bob Marley memburuk dan ketika mendarat di Miami, dia dilarikan ke RS Cedars of Lebanon. Bob meninggal dunia pada 11 Mei 1981 dalam usia 36 tahun. Penyebab kematiannya adalah kanker yang telah menyebar ke paru-paru dan otaknya.

Sebelum meninggal dunia, Bob Marley sempat memberikan pesan terakhir untuk putranya Ziggy. "Uang tak bisa membeli kehidupan," kata Bob Marley kepada putranya. 

Melansir History, ia dilahirkan di St Ann Parish, Jamaika pada 6 Februari 1945 dari seorang ayah perwira angkatan laut berkulit putih dan ibunya gadis Jamaika 18 tahun berkulit hitam. Saat berusia 9 tahun, Bob Marley pindah ke Trench Town yang merupakan kawasan permukiman yang terkenal keras di sisi barat Kingston, Ibu Kota Jamaika.

Disana, Bob Marley berkenalan dengan orang-orang yang kemudian menjadi sahabatnya, Neville 'Bunny' Livinstone alias Bunny Wailer dan Peter McIntosh alias Peter Tosh. Ketiganya kemudian drop out sekolah bersama-sama saat berusia 14 tahun dan mulai menciptakan musik.

Saat itu, Jamaika tengah memasuki periode kreativitas musik yang luar biasa dengan semakin mudahnya mendapatkan radio di Jamaika, musik dari luar negeri termasuk dari Amerika Serikat mudah dinikmati warga pulau itu. Dari perpaduan irama musik blues New Orleans dan musik tradisional Afrika untuk pertama kali muncul aliran musik ska yang secara perlahan kemudian berkembang menjadi reggae.


Bob Marley, Peter Tosh, dan Bunny Wailer kemudian membentuk grup musik bernama The Wailers yang membawakan musik reggae. The Wailers kemudian mempopulerkan reggae di negeri bekas jajahan Inggris itu. Keunikan reggae akhirnya didengar oleh perusahaan rekaman internasional Island Music yang tertarik dengan The Wailers setelah mendengarkan album Catch a Fire (1972) dan Burnin' (1973).

Seiring dengan berjalannya waktu, musik reggae Jamaika semakin terkenal seantero jagad. Ditambah dengan musisi Inggris, Eric Clapton turut membawakan lagu I Short the Sheriff yang diambil dari album Burnin'. Pada 1974, Peter Tosh dan The Wailers berpisah jalan dengan Bob Marley, yang justru membuat karier Bob Marley semakin melesat.

Pada akhir 1970-an, Bob Marley menelurkan sederet album, seprti Exodus (1977) yang didalamnya terdapat sejumlah lagu legendaris seperti Jamming, Waiting In Vain, dan One Love/People Get Ready. Pada 1978, album Kaya dirilis dengan sederet lagu populer seperti Is This Love, dan Sun Is Shining. Album berikutnya Uprising dirilis pada 1980 juga menelurkan lagu-lagu hits seperti Could You Be Love dan Redemption Song. 

Mengidap Kanker Sejak 1977
Penyakit kanker yang diidap pria berambut gimbal itu sebenarnya sudah diketahui sejak 1977, fakta ini tidak sesuai dengan kisah populer yang beredar yang menyebut bahwa penyakit kanker itu karena luka saat Bob Marley bermain sepak bola. Namun, Bob Marley menolak saran dokter yang mengusulkan agar ibu jari kakinya diamputasi karena khawatir akan mengganggu kariernya.

Selain itu, Bob Marley juga menolak saran amputasi itu karena tak sejalan dengan keyakinan Rastafari yang dianutnya. Namun, ia setuju dokter mengangkat kuku ibu jari kakinya lalu menutup bekas kuku itu dengan kulit yang diambil dari pahanya.

Bob Marley akhirnya dimakamkan pada 21 Mei 1981 dengan upacara resmi kenegaraan, dimana prosesi pemakaman dilaksanakan dengan prosesi pemakaman Kristen Ortodoks Ethiopia dan tradisi Rastafari yang dianut oleh Bob Marley. Dia dimakamkan di sebuah kapel tak jauh dari tempat dia dilahirkan bersama gitar Gibson Les Paul berwarna merah miliknya.

"Suaranya terdengar dimana-mana di tengah dunia elektronik kita saat ini. Karyanya yang tajam, penampilan megah, dan gaya berjingkraknya merupakan kenangan yang tak bisa dihapus dari pikiran kita," kata Perdana Menteri Jamaika saat itu, Edward Seaga, dalam upacara pemakaman sang legenda.

"Bob Marley adalah sebuah pengalaman yang meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Dia adalah sosok yang tidak bisa dihapus dari benak kita. Dia adalah bagian dari kesadaran kolektif bangsa ini," lanjut Seaga.

Bob Marley menikahi Alpharia Constantia Anderson atau lebih dikenal dengan nama Rita Marley, dan ia meninggalkan 11 orang anak, tiga dari hubungan pernikahannya dengan Rita sisanya adalah anak Rita dari suami pertamanya dan anak-anak Bob Marley dari hubungan lain. Beberapa putranya seperti Ziggy, Julian, Ky-Many, dan Damian mengikuti jejak sang ayah menjadi musisi reggae. (lij)